Pendahuluan
Dan Allah
sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka.
Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta
ampun. (QS. Al-Anfal: 33)
Dalam sebuah kesempatan Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Man
Lazima al-istighfar, ja`ala allahu min kulli hammin farjan, wa min kulli
dhayyiqin makhrajan, wa razaqahu min haitsu la yahtasib.” Bila diterjemahkan
menjadi, “Siapa yang membiasakan beristigfar, Allah akan mudahkan segala
kesulitannya, Allah akan beri jalan keluar persoalannya yang begitu sulit di
capainya dan Allah akan beri rezeki untuknya melalui sarana yang tidak pernah
ia sangka-sangka.” Maka mengingat hal ini, sangat penting kita beristigfar
kepada Allh SWT.[1]
Dan, ternyata, esensi istigfar mengandung kekuatan yang sangat dahsyat bagi kepentingan
hidup manusia itu sendiri.
Buku ini tidak
hanya berhenti pada soal pentingnya istighfar bagi manusia agar diampuni segala
dosanya. Bahkan, buku ini lebih maju membedah misteri energi istighfar dan
kaitannya dengan kesuksesan, kebahagiaan dan kekayaan hidup kita.[2] Buku
ini terdiri dari pengantar dan dari enem bagian. Dalam pengantarnya, “Hidup
adalah petualangan di dalam pengampunan,” kata Norman Cousin. “Singkirkan
kejahatan dalam hatimu. Singkirkan hasrat untuk balas dendam.”[3]
Membaca buku ini, Anda akan mengetahui
bagaimana hakikat istighfar itu, apa dan bagaimana hijab-hijab yang menutupi
kekuatan istighfar, bagaimana cara membuka hijab-hijab tersebut, beragam jenis
energi yang dihasilkan oleh kekuatan istighfar, serta bagaimana energi-energi
istighfar tersebut dapat digunakan untuk mencapai maqam hidup yang lebih
positif.[4]
Bagian pertama dimuat sebagai pendahuluan yang
berisikan tentang pembahasan isi buku yang di kupas secara singkat, bahwa
pentingnya beristigfar kepada Allah SWT karena bahwasanya energi istigfar pada
dasarnya mempunyai pengaruh yang begitu bermanfaat untuk diri kita, yang
dikenal dengan memohon ampunan. Istigfar berasal dari kata gha-fa-ra. Ghafara
mengandung arti menutupi. Contoh gampangnya, nama Allah: Al-Ghaffar
diterjemahkan menjadi Allah Yang Maha menutupi dosa. (baca: Ibnu Manzhur,
Lisanu al-`Arab). Hubungannya dengan kata istigfar, dalam kaidah bahasa Arab
imbuhan huruf sin pada sebuah kata dimaksudkan sebagai bentuk permintaan. Maka
istigfar bisa dipahami dengan, “meminta kepada Allah Yang Maha penutup dosa
agar menutupi dosa-dosa yang telah dilakukan”. Kenapa harus kepada Allah
permintaan itu ditujukan, karena hanya Dia-lah yang berkuasa untuk menutup dan
membuka dosa-dosa manusia. Seringkali istigfar juga dimaknai dengan penghapusan
dosa.
Persepsi tersebut bisa benar adanya, apalagi di beberapa ayat
Alquran terdapat penegasan bahwa kebaikan dapat menghapus keburukan.[5]Dan
sebaik-baik manusia bukanlah orang yang tidak pernah berbuat kesalahan dan
dosa, karena setiap manusia pasti pernah
melakukan dosa.[6]
Akan tetapi sebaik-baik manusia ialah yang apabila telah terbuat kesalahan,
maka ia segera mengakui segala kesalahannya yang disertai dengan rasa
penyesalan, kemudian ia segera beristigfar memohon ampun kepada Allah SWT
dengan membersihkan diri dari kedzaliman.[7]
Yang jarang sekali kita sadari adalah kenyataan bahwa sesungguhnya
istihfar itu akan melahirkan energi positif dalam diri kita. Bahkan, energi
istigfar itu sesungguhnya dapat melampaui energi suara dan energi cahaya. Untuk
dapat memahami hal ini, tentu kita membutuhkan pengetahuan dan pemahaman
tentang hakikat energi itu sendiri, lalu setelah itu kita akan mengetahui dan
memahami bagaimana energi istigfar itu dapat melampaui energi suara dan energi
cahaya.
Dari hasil penelitian, kita tidak bisa menganggap tubuh manusia
sebagai sekumpulan sistem atau jaringan organik. Tubuh yang sehat merupakan
medan energi elektrodinamik yang interaktif dan mengalir. Gerakan bersifat
lebih alami bagi hidup daripada nongerakan-hal-hal yang terus mengalir
mempunyai sifat dasar baik. Hal-hal yang mengganggu aliran akan berdampak
merusak.[8]
Ada lima fakta kehidupan yang berhubungan dengan energi, yaitu:
1.
Segala sesuatu
bergetar, segala sesuatu bergerak.
2.
Gataran yang lebih
cepat berarti mendekati ‘spirit’.
3.
Getaran yang
lebih pelan menahan kita dalam dunia ‘masalah’.
4.
Anda bisa
memilih untuk memusnahkan apa pun yang mengganggu upaya peningkatan medan
getaran anda.
5.
Kita bisa
menegosiasikan kehadiran factor-faktor dalam hidup untuk meningkatkan frekuensi
getaran kita.[9]
Bagian kedua merupakan pemaparan mengenai hekikat
energi istigfar, energi istigfar sesungguhnya merupakan energi spiritual-sebuah
energi yang melampaui energi cahaya dan energi suara. Energi istigfar itu sebenarnya
bukanlah hanya bisa diakses oleh seorang muslim, sesungguhnya setiap agama
memiliki ajaran yang sama dalam hal ini, yakni ajaran untuk memohon ampunan
Tuhan atau yang dipertuhankan atas dosa dan kesalahan-kesalahan kita sebagai
manusia.dalam semua agama, kita mendapati ajaran saling menolong dan saling
memaafkan, untuk dapat mengakses energi istigfar itu tidak hanya mensyaratkan
seorang muslim, melainkan harus memiliki hati yang terbuka untuk selalu
mengakui dosa dan kesalahan yang diperbuat, lalu melanjutkannya dengan cara
memohon ampunan Tuhan dan bertobat kepadanya.[10]
Karena tobat merupakan langkah awal untuk membersihkan diri, baik lahir maupun
bathin.[11] Dan
taubat itu sendiri merupakan amal saleh.[12]
Jika harus dibandingkan dengan ajaran-ajaran agama yang lain,
energi istigfar yang dimaksud di sini, yakni yang beraliran Islam memiliki
keistimewaan-keistimewaan tertentu. Seperti yang disebutkan, Istigfar pun
dikatakan sebagai mengusir setan, menghapus dosa, menghilangkan kesulitan,
merupakan ibadah utama dan dapat menghilangkan kesempitan, mendatangkan
ketenangan dan kebahagiaan, menahan azab Allah dan lain sebagainya.[13]
Hal ini juga dibantu dengan doa.[14]
Bagian ketiga, berkenaan 8 hal yang menghijabi
aktulisasi energi istigfar, diantaranya: pertama, Keburukan akal, ada 3 hal
yang mengakibatkan terjadinya keburukan akal, yaitu pertama kurang akal, hal ini
terjadi akibat akal ditutup (tertutup, terhijab) sedangkan hati juga ditutup
(tertutup, terhijab), kemudian yang kedua terjadinya lemah akal, yang diakibatkan
karena keragu-raguan dan kebimbangan yang memiliki potensi tidak mampu didayagunakan
dan diaktualkan, dan yang ketiga adalah tidak mempergunakan akal, maksudnya
disini seperti seseorang yang
bermain-main dengan shalat, dengan puasa dan juga dengan doa-doa yang
dipanjatkan kepada Allah SWT.
Kedua, kejahatan perasaan yaitu kejahatan yang bersifat psikis,
yakni dengan ucapan, sikap, atau perbuatan tertentu yang dapat melukai perasaan
orang lain, misalnya: menghina, merendahkan, melecehkan, memfitnah, menggunjing
dan sebagainya. Ketiga, penyakit-penyakit hati, hal ini distilahkan yang jarang
dijumpai dan disaksikan, yaitu orang dungu dan sekaligus dungu, orang yang
cerdas tetapi tidak bijaksana. Kedua hal tersebut merupakan orang yang memiliki
penyakit hati. Perbuatan-perbuatan semacam itu akan merugikan kehidupan
akhirat, jika tidak segera kembali kepada yang benar menurut ajaran Islam.
Kembali kepada yang benar berarti “taubat”.[15]
Allah SWT. berfirman:
“sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang bertuabat dan
mengasuhi orang-orang yang bersuci”
(Al-Baqarah:222).[16]
Keempat, kerapuhan hati, hal ini
bisa dicontohkan ketika suatu saat kita mengerkakan shalat,lalu tiba-tiba di
tengah shalat tersebut, kita mendengar tangisan anak yang menjerit-jerit,
apabila kita memilih mengatasi jeritan anak kita ketimbang meneruskan shalat,
berarti kita lebih memilih anak daripada Allah. Berarti kita menomorduakan
Allah daripada anak kita, maka dalam hal ini disebut dengan kerapuhan hati.
Kelima, keburukan, kejahatan, dan kemaksiatan ucapan, sikap, dan perbuatan,
bagian ini akan menjadi penghalang bagi munculnya energi positif pada diri
seseorang, termasuk energi istigfar ini, walau dia kelihatan menjalankan
ibadah-ibadah agama yang baik.
Keenam, tidak konsisten, maksudnya
terkadang kita sadar Allah SWT melihat perbuatan maksiat kiata, lalu
kitanterjebak untuk berselingkuh, berziana, menipu, melanggar janji, dan lain
sebagainya. Akibatnya, dari hal ini telah mampu menghijabi munculnya kekuatan
dari energi istigfar yang kita ucapkan, walau selama ini kita sudah ratusan
bahkan ribuan kali beristigfar. Ketujuh, menyia-nyiakan waktu dan kesempatan
melakukan kebajikan, totalitas dari energi istigfar dapat kita serap dan miliki
manakala diri kita ini sudah total dalam memaknai hidup sebagai ibadah. Sebaliknya,
energi istigfar akan sulit sekali kita serap manakala kita tidak memiliki
kesadaran yang mempunyai nilai positif baik untuk diri sendiri maupun untuk
orang lain. Oleh karena itu, pabila selama ini kita merasa tidak bisa mengakses
energi istigfar dengan baik, bisa jadi kita belum memiliki kesadaran yang
seperti itu.
Dan yang terakhir yaitu yang kedelapan, ketiadaan kemauan untuk
bersedekah, jarang atau bahkan tidak mau bersedekah merupakan hijab yang sangat
tebal untuk mengakses energi istigfar. Dikatakan ‘sangat tebal’ sebab dia yang
bersedekah saja belum tentu telah benar-benar melakukan sedekah secara
hakikiah.
Bagian keempat, mengakses energi spiritual; 7
langkah pembersihan diri, yaitu pertama melepas belenggu yang menghalangi, tidak
ada belenggu yang paling kuat kecuali belenggu yang menjadikan kita jauh dari
Allah SWT. Belenggu yang demikian ini terhadap tauhid. Untuk mengakses energi
istigfar, pertama kita harus melepaskan belenggu terhadap teuhid ini. Kedua,
tetapkan dan perbaiki niat kita, setelah kita memeperbaiki niatnya,langkah
selanjutnya dalam menyerap energi istigfar adalah memegang teguh niat yang
sudah kita tetapkan itu. Ini berarti, kita harus istiqomah dengan niat kita.
Sekali untuk Allah, mka selamanya hidup untuk Allah, sekali karena Allah, maka
selamanya hidup karena Allah, sekali demi Allah, maka selamanya hidup demi
Allah.
Ketiga, memfungsikan radar hati, kita harus jadikan hati sebagai
pusat radar diri kita. Kita harus membuka hati nurani kita, sehingga ragam
emosi tersebut dikendalikan olehnya, lalu penghalang-penghalang akses energi
istigfar akan hilang dengan sendirinya. Keempat, menghilangkankan debu dosa dan
maksiat, ada suatu alasan mengapa dosa dan kemaksiatan itu tidak berujud secara
material. Ini adalah bagian dari rencana ketuhanan, agar dosa dan maksiat itu
menjadi uiian, cobaan, bahkan azab bagi kehidupaan menusia sendiri.
Kelima, mewaspadai berbagai pengaruh baik, kekuatan istigfar akan
sulit memasuki hati yang tidak mudah goyah dan pikiran yang kacau-balau. Energi
istigfar itu merupakan energi ilahiah, yang akan lokus pada diri yang
mencerminkan sifat-sifat ilahiah pula. Maka dari itu kita harus waspada
terhadap berbagai pengaruh buruk yang akan menjadikan kita sebagai orang yang
buruk. Keenam, menjaga kestabilan energi, suatu usaha kehendak moral yang
sukses, seperti mengatakan tidak terhadap
godaan kebiasaan, atau melakukan tindakan-tindakan yang berani, akan membawa
seseorang pada suatu tingkat energi yang lebih tinggi selama berhari-hari atau
berminggu-minggu, serta akan memberinya tingkat kekuatan yang baru.
Bagian kelima, mengakses energi istigfar 2;
6 langkah pemusatan diri, yaitu:
pertama, muraqabah, ialah menyadari bahwa ke mana pun, di mana pun, dan dalam
keadaan yang bagaimanapun juga, Allah SWT melihat kita. Tak ada tempat untuk
bersembunyi darinya. Tak ada dunia yang terbatas dari penglihatannya. Tak ada
jalan untuk lari darinya. Tak ada niat yang tidak diketahuinya. Tak ada
perbuatan yang tidak disaksikannya. Tak ada yang tidak didengarnya. Kedua,
muhasabah, yaitu bisa di artikan sebagai menjadi sang maha penghitung dan
menjadi orang yang nafsunya dijamin terkontrol oleh Allah, sehingga dia tetap
memperhitungkan nafsunya sendiri dan nafsu orang-orang yang mengikutinya.[17]
Ketiga, Dzikir & wirid, secara bahasa dzikir berarti ingat.
Berdzikir berarti mengingat. Ialah mengingat Allah. Mengingat Allah bisa
dilakukan dengan tiga cara, yakni: pertama, mangingat dengan menggunakan
pikiran. kedua, mengingat dengan cara menyebut asma Allahmelalui mulut. ketiga,
dan mengingat dengan menggunakan hati. keempat, tafakur, yang berarti
memikirkan atau merenungkan sesuatu yang patut untu dipikrkan atau direnungkan.
Kelima, doa, yaitu, seruan, ajakan, permohonan, dan permintaan. Maksudnya,
permohonan atau permintaan ampun kepada Allah SWT. Keenam, khalwat berarti
sifat orang yang suci sedangkan uzlah, lambing orang yang berwushul
kepadanya.[18]
Bagian keenam, energi istigfar untuk kesuksesan
dan kekayaan diri, dilihat dari segi energi istigfar untuk kesuksesannya hal
ini merupakan hasil hubungan antara kita dengan orang lain. Sebab tak ada
bidang kehidupan yang tidak melibatkan orang lain di luar diri kita sendiri.
Misalnya kesuksesan di bidang ekonomi, contohnya: kita memerlukan hubungan yang
baik dengan orang lain untuk mencapai kesuksesan ekonomi yang sering disebut
dengan kaya. Demikian halnya dengan pendidikan, hukum, kekuasaan, pergaulan,
dan sebagainya-semuanya selalu berkaitan dengan orang lain. Suatu kesuksesan
yang membawa kebahagian akhir, sempurna, atau optimum adalah kesuksesan yang
didasarkan atas kebenaran, keadilan, dan kejujuran. Sedangkan, energi istigfar
untuk kekayaan, hal ini telah jelas, berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an dan
hadis-hadis nabi dan imam yang suci, bagaimana pengaruh kekuatan istigfar
terhadap rejeki. Seperti yang disebutkan dalam ayat dan hadis dibawah ini,
yaitu:[19]
Al-Qur’an memfirmankan:
Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu
bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu,
dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatan-mu, dan janganlah kamu
berpaling dengan berbuat dosa”. (QS. Huud: 52)
Rasulullah saw bersabda:
Barangsiapa yang diberikan nikmat oleh Allah, maka hendaklah ia
bertahmid (membaca hamdalah), dan barangsiapa yang rejekinya dating terlambat,
maka hendaklah ia beristigfar kepada Allah, serta barangsiapa yang merasa sulit
dalam segala urusannya, maka ucapkanlah hauqalah (laa hawla wa laa quwwata illa
billah).”
Amirul
Mukminin Ali bin Abi Thalib berkata, “Perbanyaklah istigfar karena mendatangkan
rejeki.” Jadi, dengan memperbanyak istigfar, kita akan menjadi orang yang kaya.
Tak perlu bertanya bagaimana kekayaan tersebut akan mendatangi kita, sebab Yang
Maha Kaya akan memberikan kepada kita melaui jalan-jalan yang sudah
ditentukan-nya. [20]
Penutup
Ada kata-kata yang menarik dari Hazrat Inayat Khan, “Jalan keluar
bagi masalah hari ini adalah kebangkitan kesadaran umat manusia akan keilahian
dalam diri mereka.” Fenomena kebangkitan ini sudah darasakan di mana-mana;
tidak hanya di sini, tetapi juga di sana; tidak hanya di timur, malainkan di
barat juga. Orang sekarang ramai-ramai mendalami jalan spiritual untuk mencapai
kesejahteraan jiwa.
Tentu saja, orang-orang yang dimaksud adalah orang-orang yang sudah
sadar pentingnya mengubah medan energi yang memiliki frekuensi getaran yang
rendah menjadi medan energi yang mempunyai frekuensi getaran energi yang
tinggi/cepat.
Energi
istigfar merupakan energi yang akan menjadikan hati kita suci dan bersih; hidup
dan sehat. Energi ini akan memberkahi hati kita sedemikian rupa, sehingga
harapan, impian, tujuan, atau cita-cita yang kita miliki akan bisa kita capai
dengan menggunakan energi istigfar sebaik-baiknya.
[1]Penulis adalah
mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Palangka Raya,ia sedang dalam proses
pembelajaran dalam pencapaian sarjana di STAIN Palangka Raya, Alamat sekolah:
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Palangka Raya Jl. G. Obos Komp. Islamic
Centre Palangka Raya Kalimantan Tengah 73112 .
[6] Ust. Labib Mz,
Menyikapi Amanat Ilahi, cet. I, Surabaya: MULIA JAYA, 2006, h. 140.
[7] Fidha Kasyani,
al-Lisan, cet. I, Jakarta: Cahaya, 2008, h. 136.
[8] Muhammad
Muhyidin, Misteri Energi Istigfar…, h. 49.
[10] Ibid…, 87-88.
[11] Moh. Saifulloh
Al Aziz Senali, Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya: Trebit Terang,
h. 111.
[12] Syaikh
Muhammad Ali Quthb, Tsalatsuna Amalan Shalihan Tudkhuluka Al-Jannah wa
Tunjika Min An-Nar, cet. I, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2004, h. 167.
[13] Muhammad
Muhyidin, Misteri Energi Istigfar…, h. 88.
[14] Muhammad Nuh,
LC, Mahkota Sufi, cet. I, Penerbit Mitrapress, 2008, h. 107.
[15] Sunardi, Islam
Pengatur Akhlak, cet. I, Jakarta: Media Dakwah, 1996, h. 148.
[16] Ibid…, h.
150.
[17]Muhammad
Muhyidin, Misteri Energi Istigfar…, h. 182-184.
[18] Ibid…, h.
192.
[20] Ibid…, h.
260-261.
terimakasihh mohon sareee
BalasHapusTerima kasih atas artiknya, sangat bermanfaat sekali :)
BalasHapusTerima kasih atas artiknya, sangat bermanfaat sekali :)
BalasHapusTerima kasih atas artiknya, sangat bermanfaat sekali :)
BalasHapus