satelit_tugas_baru_2011

Beberapa Satelit lnderaja dan Stasiun Bumi Satelit.

Sekarang di dunia telah ada beberapa satelit Inderaja. Beberapa diantaranya telah dan akan dimanfaatkan Indonesia, yaitu :
1.      Landsat milik USA. Landsat sampai saat ini telah sampai pada generasi ketujuh sesuai dengan kemampuan resolusinya dibedakan atas tipe MSS (Multi Spectral Scanner) yang beresolusi 80 m dan tipe TM (Thematic Mapper) yang beresolusi 30 m (pada landsat-5 dan Landsat-7). Landsat adalah pengembangan dari ERTS (Earth Resources Technology Satellite).
2.      Satelit SPOT. Satelit SPOT milik Perancis yang diluncurkan tahun 1986 dan beredar pada ketinggian 830 km cakupan ulang pada daerah yang sama setiap 16 hari, SPOT memiliki dua sensor (HRV1 dan HRV2). Kamampuan lebar cakupan 60-80 km.
3.      Satelit Radar SAR (Svnthetic Aperture Radar). atau Radarsar adalah milik Kanada (Canadian Space Agency), pengoperasiannya dikontrol dari stasiun bumi yang ada di Prince Albert, Saskatchevan. Quebec. Kelebihan satelit dengan sensor SAR dapat menembus awan dan kegelapan malam serta mampu menampilkan data stereoskopis, pengulangan orbit setiap 24 hari.
4.      Satelit ERS (Earth Resources Satellite. Satelit ini dibangun dan dikembangkan oleh ESA (European Space Agency). Terdiri dari ERS-1 dan ERS-2, merupakan satelit sumberdaya alam. Keduanya mengorbit pada trek orbit yang sama, yaitu orbit polar yang membawa sensor SAR sehingga memiliki kemampuan seperti Radarsat.
5.      Satelit JERS. Satelit ini milik Jepang, menggunakan sensor optik dengan resolusi tinggi (18 m) yang bekerja pada gelombang visible hingga near infrared (VNIR). Penggunaan kanal Infra Red ini sangat efektif untuk mendeteksi sumberdaya mineral (Sitanggang, G., 1998).
6.      ALOS mempunyai tiga instrumen yaitu PRISM (Panchromatic Remote Sensing Instrument for Stereo Mapping) untuk pemetaan dijital elevasi (ketinggian) sehingga dapat menghasilkan data ketinggian.
Jepang secara konsisten mengembangkan teknologi satelit penginderaan jauhnya selama kurang lebih 20 tahun terakhir. Dan hasilnya pun sangat memuaskan dengan diluncurkannya beberapa satelit generasi terbarunya termasuk ALOS. ALOS menjadi andalan dan kebanggaan Jepang karena satelit ini dapat memuaskan konsumennya di seluruh dunia. Kenapa? Karena ALOS dapat memberikan data optik dan data radar sekaligus. Data optik sangat sensitif dan punya kemampuan tinggi dalam menggambarkan suatu obyek (visualization) tetapi sangat rentan jika pada saat perekaman terdapat cakupan awan (cloud cover). Akan tetapi dengan data radar keberadaan awan dapat diatasi, selain itu dengan data radar karakteristik fisik lebih mudah diamati dibanding dengan data optik. Kombinasi penggunaan data optik dan radar akan memberikan hasil analisis yang lebih baik dibandingkan hanya menggunakan salah satu diantara kedua jenis data tersebut.
Pada umumnya satelit penginderaan jauh hanya didesain untuk dapat memberikan data optik saja atau data radar saja. Seperti data optik dari satelit penginderaan jauh SPOT milik Perancis yang berkonsorsium dengan beberapa negara Eropa lainnya atau satelit RADARSAT milik Kanada yang hanya dapat memberikan data radar saja. Selain itu ALOS dapat juga memberikan data stereo (stereo mapping) dan dapat mencakup wilayah dengan luas sampai ratusan kilometer

7.      PRISM dapat memberikan resolusi spasial 2,5 m dan memproduksi model permukaan dijital (digital surface model) secara akurat. Instrumen ini punya tiga jenis sistem optik untuk melihat ke depan (forward), belakang (backward) dan pada nadir. Dengan kemampuan ini PRISM dapat menghasilkan citra stereo. Sensor ini dapat merekam dengan lebar sapuan sampai 70 km pada nadir.
8.      AVNIR-2 didesain khusus untuk mengamati lahan dan wilayah pesisir, merupakan pengembangan dari AVNIR yang dipasang pada satelit sebelumnya ADEOS (Advanced Earth Observing Satellite) tahun 1996. Sensor ini memberikan peta cakupan dan tutupan lahan pada skala regional dengan resolusi yang lebih baik dibanding sebelumnya. Resolusi spasial AVNIR-2 mencapai 10 m, lebih baik dibandingkan resolusi spasial AVNIR yang hanya 16 m.
Dengan AVNIR-2, distribusi terumbu karang dapat divisualisasikan dengan kombinasi band cahaya tampak (visible band) melalui algoritma tertentu. Fusi citra AVNIR-2 dengan data PALSAR akan memberikan kajian yang lebih baik terkait sebaran terumbu karang yang ada. Jika dilengkapi hasil pengamatan lapangan dan data penginderaan jauh lainnya seperti data hiperspektral (hyperspectral) maka tidak hanya distribusi terumbu karang saja yang bisa dianalisa tetapi juga sehat tidaknya terumbu karang tersebut. Data hiperspektral dapat memberikan informasi atau kerincian spektral lebih detil dibandingkan menggunakan data multispektral (seperti AVNIR-2). (Ketut Wikantika, dari berbagai sumber)

9.      PALSAR memanfaatkan rentang gelombang mikro pada frekuensi band-L yang dapat menembus awan dan dapat melakukan pengamatan siang maupun malam bahkan dalam kondisi cuaca buruk sekalipun. Instrumen ini memberikan data radar yang lebih baik dibanding satelit radar generasi sebelumnya, JERS-1 (Japanese Earth Resources Satellite). PALSAR dapat memberikan keuntungan dalam cakupan pengamatan mulai dari 250 – 350 km yang disebut dengan ScanSAR. Keuntungan ini juga dimiliki oleh satelit milik Kanada, RADARSAT.

Stasiun Bumi. Belum semua negara memiliki stasiun bumi yang memanfaatkan satelit Inderaja, namun beruntung Indonesia termasuk salah satu diantara yang sudah memilikinya. Stasiun-stasiun bumi di dunia antara lain :
a.       Prince Albert (Canada),
b.      Fair Bank (Alaska, USA),
c.       Goldstone (California, USA),
d.      Curoba (Brazil),
e.       Chiquita (Argentina),
f.       Kiruna (Swedia),
g.      Fucino (ltalia),
h.      Yohannes burg (Afrrika Selatan),
i.        Hiderabad (India),
j.        Bangkok (Thailand),
k.      Alice Spring (Australia),  Singapura, Pare-pare (Indonesia), Taiwan, dan Malaysia


APLIKASI TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DI INDONESIA
1.      Penerapan Teknologi Inderaja di Bidang Pembangunan. 
Produk teknologi Inderaja di bidang pembangunan semakin dirasakan manfaatnya. Sejalan dengan kemajuan yang dicapai di bidang teknologi tersebut, sekarang telah memiliki kemampuan menyajikan informasi spatial (keruangbumian) yang semakin luas dan semakin akurat. Kemampuan teknologi Inderaja Satelit yang dapat meliput daerah secara luas dalam waktu singkat serta dilakukan secara periodik, telah menjadikan teknologi ini tidak saja sekedar pengumpul data/informasi spatial, tetapi juga sebagai sarana pemantauan dinamika perkembangan wilayah dan sarana/alat guna mengevaluasi dampak pembangunan terhadap ruang muka bumi.
a.       Penerapan di Bidang Inventarisasi Sumberdava Alam. Potensi sumberdaya  alam (SDA) bagi nagara sedang berkembang (developing country) seperti Indonesia belum dapat diketahui secara pasti dan menyeluruh, terutama untuk daerah luar Jawa yang berpenduduk relatif jarang. Dengan adanya teknologi Inderaja Satelit, proses inventarisasi SDA tersebut dapat dipercepat. Salah satu kegiatan yang telah hampir selesai dilaksanakan adalah inventarisasi sumberdaya lahan Nasional (SDLN) yang diwujudkan dalam bentuk peta tematik RePPProT (Regional Physical Planning Program for Transmigration), proyek bersama Deptrans PPH, BPN dan Bakosurtanal di era Orba. Daerah dengan potensi sumberdaya lahan (SDL) yang miskin, namun padat penduduknya diplot sebagai daerah sumber penyedia transmigran, sedangkan daerah dengan potensi SDL yang kaya SDA di luar Jawa diplot sebagai daerah tujuan/penerima transmigran. Dalam peta RePPProT tersebut tergambar pula kondisi vegetasi/tutupan lahan di setiap daerah. Potensi-potensi SDA yang lain seperti sumberdaya mineral tambang, air tanah, sumberdaya maritim, dll., semuanya dapat diketahui melalui teknologi Inderaja.
b.      Penerapan di Bidang Kehutanan, Pertanian, Perkebunan dan Perikanan. Kemampuan citra Landsat TM dan SPOT/P yang dihasilkan Multiband Scanner telah mampu mengidentifikasi jenis-jenis tanaman, kondisi tanaman dan menentukan jenis tanah serta sifat-sifat tanah lainnya. Bahkan dengan penggunaan Landsat TM beresolusi tinggi, kematangan tanaman dan ukuran rata-rata pohon di hutan dapat diketahui. Dengan kemampuan pemantauan Inderaja yang bersifat periodik dapat diketahui dan dievaluasi perkembangan/perubahan areal tanaman atau tumbuhan hutan setiap waktu. Sehingga dengan demikian teknologi ini merupakan sarana pengawasan pembangunan yang efektif dan efisien. Di bidang perikanan, jasa teknologi ini juga dapat dirasakan manfaatnya, sekalipun tidak langsung. Hal-hal yang diketahui secara langsung adalah kondisi kekeruhan air, gerakan massa air (arus, panas atau dingin) dan sifat air lainnya. Dengan mengetahui kondisi air seperti itu dapat diperkirakan di tempat mana saja terdapat kumpulan ikan jenis tertentu. Para pencuri ikan (illegal fishing) juga menggunakan data peta/citra hasil teknologi Inderaja Satelit ketika mencuri ikan di perairan Indonesia. Sehubungan dengan itu, dengan memahami hasil anaIisis Inderaja di perairan, aparat Kamla dapat memperkirakan keberadaan para pencuri ikan (Hasyim B., 1995).
c.       Penerapan di Bidang Pemantauan Bencana Alam. Sebelum bencana alam terjadi biasanya didahului oleh adanya gejaIa-gejala tertentu. Contohnya, sebelum gunung api meletus biasanya didahului oleh adanya peningkatan suhu permukaan bumi di sekitar gunung api tersebut. Peningkatan panas ini dapat diketahui dari perubahan yang terjadi pada citra Satelit Inderaja. Bahaya longsoran tanah atau pergeseran tanah pada umumnya diawali dengan adanya retakan atau rekahan atau patahan bidang tanah secara vertikal. Gejala demikian dapat diketahui dari hasil analisis citra foto atau citra radar. Bahaya badai atau angin ribut sebelumnya dapat diketahui dari adanya dua blok massa udara bertekanan sangat tinggi dan di lain pihak massa udara bertekanan rendah. Gejata udara ini dapat diketahui dari citra satellt GMS (Geostationary Meteorological Satellite). Demikian pula dengan bencana alam lainnya seperti banjir, kebakaran hutan, secara tidak langsung dapat diramalkan sebelumnya melalui perubahan gejala tertentu pada lingkungan setempat. Perubahan gejata ini dapat diketahui dari perubahan citra satelit dalam kurun waktu yang relatif singkat (Mahdi Kartasasmita, dkk, 1998). Dengan citra satelit, kebakaran hutan dapat diketahui secara dini, bahkan dapat diantisipasi. Guguran daun dari pohon-pohon pada suatu areal hutan yang luas akibat kekeringan pada musim kemarau sangat rentan menimbulkan kebakaran yang hebat bilamana pada areal hutan tersebut berhembus angin kencang. Kondisi tersebut dapat diketahui dari citra Satelit. Kita, bahkan penduduk negara tetangga kita dapat mengetahui jumlah titik api pada kebakaran hutan di Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, dll. Untuk bencana alam yang ditimbulkan oleh dampak perbuatan manusia, seperti pertanian liar di daerah terlarang, illegal logging, illegal mining, dan lain-lain, dengan data citra satelit dapat diketahui dan bahayanya dapat diantisipasi secara dini. Kerusakan lingkungan, khususnya hutan yang sekarang marak terjadi dengan demikian dapat diminimalisasi, karena segera dapat diketahui sejak dini melalui citra satelit (Agus Hidayat, 1995).
d.      Penerapan Teknologi Inderaja untuk Bidang Survei dan Pemetaan (Surta). Bidang Surta sudah cukup lama memanfaatkan jasa teknologi Inderaja ini. Sejak diperkenalkannya teknologi Fotogrametri di bidang pemetaan topografi di Indonesia pada tahun 1975, maka sejak itu teknologi terus dikembangkan oleh lembaga pemetaan nasional, seperti Bakosurtanal, Dittopad, Dissurfotrud dan Dishidrosal serta perusahaan pemetaan swasta skala besar seperti Mapindo, Exsa Internasional dan lain-lain. Sebelum era metoda fotogrametri, pemetaan topografi diselenggarakan dengan metoda terestris, yakni pengukuran langsung di lapangan dengan alat-alat ukur terestris, seperti : Theodolite, Waterpass, dll. Dengan metoda fotogrametri pengumpulan data dilakukan melalui pemotretan udara dari wahana pesawat terbang. Melalui perangkat peralatan plotter, aerotriangulasi dan rektifikasi, citra foto dapat diubah menjadi peta garis (peta fotografi). Kehadiran teknologi fotogrametri ini telah membawa perubahan besar di bidang pemetaan, karena dengan metoda ini pemetaan wilayah dapat dilaksanakan lebih cepat, efektif dan efisien. Kehadiran teknologi Inderaja melalui wahana satelit telah memungkinkan kemajuan yang lebih tinggi lagi di bidang Surta. Dari citra satelit yang dapat menggambarkan unsur-unsur detail di permukaan bumi merupakan sarana media cukup baik untuk survei pendahuluan (feasibility study) dalam proyek-proyek pembangunan kewilayahan. Dalam kegiatan pemetaan, citra satelit dapat digunakan sebagai bahan yang dapat diproses untuk pembuatan peta-peta sumber daya secara khusus (peta-peta tematik) dan peta topografi skala kecil. Bahkan dengan semakin majunya teknologi Inderaja melalui satelit sekarang telah dapat menghasilkan citra yang resolusinya sangat tinggi (satu meter), seperti yang dihasilkan Satelit Ikonos

 

Hai...cari pengetahuan atau cari tugas?

Pengetahuan anda akan bertambah, tugas anda akan terselesaikan...
Silahkan Klik di Sini