Makalah Teori Perkembangan_Makalah Psikologi Pendidikan Belajar


Makalah Teori Perkembangan

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT, akhirnya kami dapat menyesaikan makalah Psikologi Perkembangan Peserta Didik yang berjudul Teori-teori perkembangan. Di dalam makalah ini kami memapar teori-teori perkembangan yang berdasarkan atas teori biologis, lingkungan dan suasana serta interaksi.  Dalam penyelesaian makalah ini, tidak terlepas dari kerja sama tim kelompok kami yang menuangkan pikiran serta dari beberapa buku refrensi. Dari makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik dari segi tulisan maupun paparan dari isi.  Tegur sapa dari para arif bijaksana, sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya, dan sebelumnya kami ucapkan banyak terima kasih. Kepada Allah SWT kami mohon taufiq dan hidayah-Nya,semoga dalam penyelesaian makalah ini senantiasa dalam keridhaan-Nya dan bermanfaat bagi kita semua.Amien.



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
 Teori perkembangan adalah teori yang memfokuskan  pada perubahan-perubahan dan perkembangan stuktur jasmani ( biologis), perilaku dan fungsi mental manusia dalam berbagai tahap kehidupannya, mulai dari konsepsi hingga menjelang kematiannya. Mempelajari teori-teori perkembangan tidak hanya berguna bagi orang tua dan guru dalam memberikan pelayanan dan pendidikan kepada anak sesuai dengan tahap perkembangannya, melainkan juga berguna dalam memahami diri kita sendiri dengan cara pendekatan biologis, lingkungan dan suasana serta interaksi. Teori perkembangan akan memberikan wawasan dan pemahaman tentang sejarah perjalanan hidup kita sendiri ( sebagai bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa atau usia lanjut ). Lebih dari itu Teori perkembangan juga sangat berguna bagi pengambilan kebijaksanaan dalam merumuskan program dan bantuan bagi anak-anak dan remaja. Seiring dengan perkembangan masyarakat  temporer yang ditandai oleh perubahan-perubahan yang sangat cepat dalam berbagai dimensi kehidupan individu, teori  perkembangan semakin dirasakan kegunaannya oleh masyarakat. Masyarakat makin menyadari betapa individu ( anak-anak, remaja, dan bahkan orang dewasa ) yang hidup pada era modern sekarang ini berada pada masa-masa yang sulit. Menghadapi individu  yang berada dalam masa-masa sulit demilkian, jelas membutuhkan pemahaman tentang teori perkembangan. Oleh sebab itu kami dari kelompok 2 ( dua ) megangkat tema tentang teori-teori perkembangan di lihat dari segi biologis,lingkungan dan suasana serta interaksi.

B.       Masalah
1.      Apa yang dimaksud teori perkembangan ?
2.       Bagaimana teori perkembangan dilihat dari segi biologi ?
3.      Apakah lingkungan dan suasana mempengaruhi teori perkembangan ?
4.      Bagaimana bentuk interaksi dalam teori perkembangan  baik secara individu maupun sosial ? 
C. Tujuan 
1.      Dapat menjelaskan maksud  dari teori perkembangan  2.
2.      Dapat memaparkan teori perkembangan dilihat dari segi biologi  3.
3.      Dapat mejelaskan pengaruh lingkungan dan suasana dalam teori perkembangan
4.       Dapat memberikan  bentuk interaksi dalam teori perkembangan  baik secara individu maupun sosialB.










BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian teori perkembangan 
Teori perkembangan adalah teori yang memfokuskan  pada perubahan-perubahan dan perkembangan stuktur jasmani ( biologis), perilaku dan fungsi mental manusia dalam berbagai tahap kehidupannya, mulai dari konsepsi hingga menjelang kematiannya.  Teori  perkembangan sangat mempengaruhi perkembangan diri seseorang individu, kalau baik perkembangan baiklah juga individu tersebut. Dengan mempelajari perkembangan masa hidup maka kita akan mengetahui bagaimana karakteristik perkembangan dan persoalan-persoalan kontemporer  alam perkembangan masa hidup kita sebagai manusia. Seperti bagaimana karakteristik manusia pada usia anak-anak awal dan persoalan apa sajakan yang berkaitan dengan usia anak-anak awal. Perkembangan masa hidup memiliki 2 macam perspektif atau pandangan. Pertama, pendekatan tradisional (
traditional approach
) adalah pendekatan yang menekankan perkembangan pada perubahan ekstrim dari lahir hingga masa remaja saja. Sedangkan yang kedua, pendekatan masa hidup (
the life-span approach
) adalah pendekatan yang menekankan pada perubahan perkembangan terjadi selama masa hidup manusia. Menurut pakar perkembangan masa hidup, Paul Baltes, perspektrif perkembangan masa hidup (life-span perspective) mencakup tujuh kandungan dasar yaitu: Perkembangan bersifat seumur hidup, multidimensional, multidireksional, plastis, melekat secara kesejarahan, multidisiplin, dan kontekstual. Berikut adalah penjelasan dari setiap kandungan tersebut.

B. Teori perkembangan dari segi Biologi 
Biologis berkaitan dengan keturunan. Keturunan memiliki peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir di dunia ini membawa berbagai macam ragam warisan yang berasal dari kedua orang tuanya atau nenek dan kakeknya. Warisan(turunan atau pembawaan) tersebut yang terpenting, antara lain bentuk tubuh, raut muka, warna kulit,intelegensi, bakat, sifat-sifat atau watak, dan penyakit.

Bentuk tubuh dan warna kulit Bentuk tubuh dan warna kulit salah satu warisan yang dibawa oleh anak sejak lahir adalah mengenai bentuk tubuh dan warna kulit. Misalnya ada anak yang memiliki bentuk tubuh gemuk seperti ibunya, wajah seperti ayahnya rambut keriting dan bewarna kuli putih seperti ibunya. Bila anak yang pembawaan gemuk seperti ini, bagaimana susah hidupnya nanti, dia sukar menjadi kurus, tetapi sebaliknya sedikit ia makan akan mudah menjadi gemuk. demikian  juga dengan rambut keriting, bagaimanapun berusaha meluruskannya akhirnya akan kembali menjadi keriting. Cukup besar pengaruh turunan ( pembawaan) terhadap pertumbuhan jasmani anak. Bagaimanapun tingginya teknologi untuk mengubah warna kulit seseorang, namun factor turunan tidak dapat diabaikan begitu saja.  2.

Sifat-sifat Sifat-sifat yang dimiliki seseorang adalah salah satu aspek yang diwarisi dari ibu, ayah, nenek atau kakek. Bermacam-macam yang dimiliki manusia, misalnya; penyabar, pemarah, kikir, pemboros, hemat, dan sebagainya.sifat-sifat tersebut dibawa manusia sejak lahir. Ada yang dapat dilihat atau diketahui selagi anak masih kecil ada[ula yang diketahui sesudah ia besar. Misalnya sifat keras (pelawan atau bandel) sudah dapat dilihat sewaktu berumur kurang dari satu tahun, sedangkan sifat pemarah baru dapat diketahui setelah anak lancar bicara yaitu sekitar lima tahun. Demikian kebiasaan merokok, terlambat bangun pagi, tidur siang, malas dan sebagainya. Semuanya dapt diubah dan ditukar dengan kebiasaan yang baik seperti; rajin, lincah, cepat bangun, jujur, suka menolong, dan sebagainya Sifat dan kebiasaan merupakan corak (warna) dari keperibadiaan seseorang, atau suatu suku bangsa. Misalnya suku jawa, memiliki sifat ramah, lucu, lugu, dan sebagainya. Kebiasaan memakai kebaya dan kain batikoleh kaum wanitanya. para ahli psikologi membagi tipe-tipe berdasarkan sifat yang dimilikinya. Salah satu pembagian yang dikemukakan Edward Sparanger adalah:



a)Manusia ekonomi  : memiliki sifat hemat, rajin bekerja, dan sebagainya. b) Manusia teori   : suka berpikir, meneliti, dan sebagainya. c) Manusia politik : suka mengguasai dan memerintah. d) Manusia social : suka menderma dan membantu orang lain.

Manusia seni  : suka keindahan dan memiliki perasaan halus. Untuk mengetahui sifat atau watak anak secara tepat dapat dilakukan dengan melakukan tes kepribadian. Namun, informasi yang diperoleh dari orang tua tentang sifat anak-anaknya merupkan bantuan yanh sangat baik bagi guru.mengetahui sifat yang mendalam, akan membantu guru untuk mendidiknya. Misalnya, anak yang penakut perlu dibangkitkan semngatnya agar menjadi beranipat mengemukakan pendapatnya. Demikian pula dengan anak yang merasa minder perlu dibangkitkan  rasa harga dirinya agar jiwanya tidak semakin tertekan.

Intelegensi Intelegensi adalah kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyusuaian terhadap suatu situasi atau masalah. Kemampuan yang bersifat umum tersebut meliputi berbagai jenis kemampuan psikis, seperti : Abstrak, berpikir mekanis, matematis, memahami,mengingat, berbahasa, dan sebagainya. 

Bakat Bakat adlah kemampuan khusus yang menonjol diantara berbagai jenis kemampuan yang dimilki seseorang. Kemampuan khusus itu biasanya terbentuk keterampilan atau suatu bidang ilmu, misalnya kemampuan khusus (bakat) dalam bidang seni music, suara, olah raga, matematika, bahasa, ekonomi, teknik, keguruan, social, agam dan sebagainya. Seseorang umumnya memiliki tertentu yang terdiri dari satu atau lebih kemampuan khusus yang menonjol dari bidang lainnya. 

Penyakit atau cacat tubuh Penyakit atau cacat tubuh bisa berasal dari turunan seperti penyakit kebutaan, saraf, dan luka yanag sulit kering (darah terus keluar ).penyakit yang dibawa sejak lahir akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangn  jasmani dan rohani anak.



C. Lingkungan dan Suasana yang mempengaruhi perkembangan  
Teori lingkungan ( Ekologis )memberikan tekanan pada sistem lingkungan. Tokoh utama teori ekologi adalah Urie Brofenbrenner. Dalam teori Ekologisnya,Brofenbrenner mengambarkan empat kondisi lingkungan dimana perkembangan terjadi, yaitu Mikrosistem, Mesosistem, Ekosistem, dan Makrosistem. Keempat lingkungan yang menjadi landasan perkembangan manusia menurut teori Ekologi Brofenbrenner tersebut akan di uraikan dalam pembahasan berikut : 

Mikrosistem ( Microsystem ) menunjukan situasi dimana individu hidup dan saling berhubungan dengan orang lain. Konteks ini meliputi keluarga, taman sebaya, sekolah dan lingkungan social lainnya. Dalam Mikrosistem inilah terjadinya interaksi yang paling langsung dengan agen-agen sosial. 

Mesosistem ( Mesosystem ) Menunjukan hubungan antara dua atau lebih hubungan Mikrosistem atau beberapa konteks. Sebagai contoh adalah hubungan antara rumah dan sekolah, rumah dan masjid, sekolah dan lingkungan, serta rumah dan tempat kerja. 

Ekosistem ( Exosystem )  terdiri dari setting sosial dimana individu tidak berpartisifasi aktif, tetapi keputusan penting yang diambil mempunyyai dampak terhadap orang yang berhungan langsung dengannya. Misalnya, tempat kerja orang tua, dewan sekolah, pemerintah lokal dan orang tua kelompok teman sebaya. 

Makrosistem ( Macrosystem )meliputi cetak biru ( Blueprints ) membentuk sosial dan kebudayaan untuk menjelaskan dan mengorganisir institusi kehidupan. Makrosistem direfleksikan dalam pola lingkaran dalam mikrosistem, mesosistem, dan ekosistem yang dicirikan dari sebuah subkultur,kultur atau konteks social lainnya yang lebih luas. Contoh makrosistem meliputi asumsi ideologi, dan sistem kepercayaan bersama tentang umat manusia, hubungan sosial dan kualitas kehidupan.
Lingkungan sanagt berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak yang bergaul  juga bermain sehari-hari dan  keadaan alam sekitar dengan iklimnya, flora dan faunanya. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya bergantung pada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya. 

Kelurga Keluaga adalah tempat anak diasuh dan dibesarkan, berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya terutama keadaan ekonomi rumah tangga serta tingkat kemampuan orang tua dalam merawat yang sangat besar berpengaruh terhadap pertumbuhan jasmani .
a)      Sementara tingkat pendidikan orang tua juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan  rohani anak terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya.
b)      b)Sekolah Sekolah merupakan salah satu factor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya.
c)      Masyarakat Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak mereka juga termasuk teman-teman anak diluar sekolah. Kondisi orang-orang didesa juga turut mempengaruhi perkembangan jiwanya. 
d)     Keadaan alam sekitar Keadaan alam sekitar tempat anak tinggal juga berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Keadaan alam sekitar adalah lokasi tempat anak bertempat tinggal.

D. Interaksi dalam teori perkembangan
  Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini.Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya label "burung" adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak. Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label "burung" adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung si anak.Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas



BAB III
PENTUTUP

A.    Kesimpulan 
Teori perkembangan adalah teori yang memfokuskan  pada perubahan-perubahan dan perkembangan stuktur jasmani ( biologis), perilaku dan fungsi mental manusia dalam berbagai tahap kehidupannya, mulai dari konsepsi hingga menjelang kematiannya.  Teori  perkembangan sangat mempengaruhi perkembangan diri seseorang individu, kalau baik perkembangan baiklah juga individu tersebut. Teori perkembangan meliputi  biologi, lingkungan dan suasana serta interaksi. Secara Teori  biologi merupakan studi tentang perkembangan perilaku evolusi spesies dalam lingkungan alamiahnya, Teori lingkungan      ( Ekologis ) memberikan tekanan pada sistem lingkungan, dan berinteraksi dengan lingkungan. Dengan adanya  berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu.  
 
B.     Saran 
Dengan adanya makalah ini kami menyarankan kepada pembaca agar dapat mengetahui arti penting dari perkembangan, sehingga dapat mengarahkan perkembangan yang didasarkan pada perkembangan biologis, lingkungan dan suasana serta interaksi. Dan kami menyadari bahwa makalah kami ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan dari refrensi untuk itu kami memerlukan kritik dan sarannya untuk kesempurnaan makalah yang akan datang.
 

makalah psikologi pendidikan_makalah PERIODESASI PERKEMBANGAN_2011


KATA PENGANTAR
    

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya     lah atas terselesainya  makalah kami yang berjudul “Periodesasi Perkembangan” sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
Sebagai penulis kami menyadari bahwa makalah kami ini jauh dari kesempurnaan dan tentu saja masih ditemui kekurangan-kekurangan namun demikian penulis mencoba sesuai dengan kemampuan yang ada dengan mengumpulkan bahan atau buku-buku perpustakaan dan juga catatan yang penulis miliki.
Kami juga mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun diri semua pihak yang membaca karya tulis ini. Mudah-mudahan karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin...



Palangka Raya,   Maret  2011


                                                                                                                        Penyusun





BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Periodesasi perkembangan adalah pembagian seluruh masa perkemabngan seseorang ke dalam periode-periode tertentu, dengan hal itu maka kami ingin membahas dan ingin memaparkan tentang hal-hal yang terjadi dalam periodesasi pada perkemabangan baik secara Biologis, Didaktis, serta Psikologis. Yang mana hal itu masih belum di ketahui oleh banyak orang di karenakan kurangnya pengetahuan serta pemahaman mengenai hal tersebut. Diharapkan dengan disajikannya makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan terhadap periodesasi perkembangan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Periodesasi Biologis
2.      Periodesasi Didaktis
3.      Periodesasi
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui Periodesasi Biologis
2.      Untuk mengetahui Periodesasi Didaksi
3.      Untuk mengetahui Periodesasi







BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Periodesasi Pekembangan
Yang di maksud dengan Periodesasi  yaitu pembagian seluruh masa perkembangan seseorang ke dalam periode-periode tertentu. Sedangkan peskembangan adalah menunjukan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses yang menuju kedepan dan tidak di ulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi peruban-perubahan yang sedikit banyak bersifa tetap dan tidak dapat diulangi.
Dalam studi ilmu jiwa perkembangan soal periodesasi ini. juga telah mengundang perbedaan pendapat di kalangan para ahli. Perbedaan pendapat itu pada pokoknya bisa dikelompokkan menjadi dua. Pertama, adalah mereka yang merasa keberatan, atau tegasnya tidak setuju atas diadakannya periodesasi perkembangan. Dan yang kedua, adalah mereka yang tidak berkeberatan alias setuju, walaupun dengan catatan tetentu.[1]
B.  Periodesasi Biologis
Yang dimaksud periodesasi berdasarkan biologis adalah para ahli kejiwaan mendasarkan pembahasannya pada kondisi atau proses pertumbuhan biologis anak. Hal tersebut dapat dimaklumi karena pertumbuhan biologis ikut berpengaruh terhadap perkembangan kejiwaan seorang anak.[2]
 Pembagian masa perkembangan menjadi periode-periode tertentu, berdasarkan gejala berubahnya struktur fisik seseorang. Dengan kalimat lain, periodesasi yang disusun berdasarkan proses biologis tertentu.
Berdasarkan surah Al-Mu’Minun ayat 12-14:

Artinya : Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (Q.S. Al-MuMinun : 12-14)[3]

Para ahli kejiwaan mendasarkan pembahasannya pada kondisi atau proses pertumbuhan biologis anak. Dalam hal ini ada beberapa ahli dengan masing-masing pendapat mereka sebagai berikut:
1.      Menurut Aristoteles
la membagi masa perkembangan seseorang menjadi 3 periode, yakni sebagai berikut:
a.   Umur 0 -7 tahun, disebut fase anak kecil atau masa bermain. Fase ini diakhiri dengan pergantian gigi.
b.   Umur 7-14 tahun, disebut fase anak sekolah atau masa belajar yang dimulai dari tumbuhnya gigi. Periodesasi perkembangan baru dan diakhiri ketika kelenjar kelamin mulai berfungsi.
c.   Umur 14 -21 tahun, disebut fase remaja atau masa pubertas, yakni masa peralihan antara kanak­kanak dan masa dewasa. Periode ini dimulai sejak berfungsinya kelenjar kelamin sampai seorang anak memasuki usia dewasa.
2.      Menurut Sigmund Freud
Dalam menentukan periodesasi perkembangan, Freud berpedoman pada cara reaksi bagian tubuh tertentu yang dihubungkan dengan dorongan sexual seseorang. Lebih jelasnya, periodesasi perkembangan menurut Freud adalah sebagai berikut:

1)      Umur 0-5 tahun, disebut periode infantile, periode
kanak-kanak. Periode ini dibagi lagi menjadi:
a)      Fase oral, umur 0-1 tahun, anak mendapatkan kepuasan sexual melalui mulutnya, seperti mengisap jari.
b)      Fase anal, umur 1-3 tahun, anak mendapatkan kepuasan sexual dengan mempermainkan anusnya
c)      Fase falis, umur 3-5 tahun, anak dalam mendapatkan kepuasan sexual telah berkisar pada slat kelamin.
2)        Umur 5 -12 tahun, disebut periode latent, masa tenang karena dorongan sexual ditekan sedemikian rupa, sehingga tidak tampak menyolok.  Umur 12 -18 tahun, disebut periode pubertas, saat              Umur 18 -20 tahun, disebut periode genital, saat seseorang secara sungguh-sungguh mulai tertarik pada jenis kelamin lain, sekaligus menandai kedewasaan seseorang.
3.      Menurut Maria Montessori
Dalam menentukan periodesasi perkembangan, Maria Montessori mendasarkan atas kebutuhan vital seseorang, yang menurutnya ditandai dengan usaha menyibukkan diri pada hal-hal tertentu. Menurut Motessori, perkembangan seseorang dapat dibagi menjadi:
1)        Umur 0 -7 tahun, adalah periode penangkapan dan pengenalan dunia luar melalui alat panca indera.
2)        Umur 7-12 tahun, adalah periode abstrak, di mana anak mulai mampu menilai perbuatan manusia atas dasar konsepsi baik dan buruk, atau dengan kata lain ia telah mampu mengabstraksikan nilai­nilai kehidupan.
3)        Umur 12 -18 tahun, adalah periode penemuan diri dan kepekaan mass social, saat seorang anak telah menyadari keberadaannya di tengah masyarakat.
4)        Umur 18 tahun ke atas, adalah periode pendidikan tinggi, saat seseorang telah matang memasuki alam kehidupan sebagai orang dewasa.

4.      Menurut Charlotte Buhler
Dalam hal periodesasi perkembangan, Buhler mendasarkannya pada kecenderungan seseorang untuk mengenal dan menonjolkan diri dalam hubungan dengan dunia luar. Selengkapnya, Buhler membagi periode perkembangan sebagai berikut:
a.    Umur 0 -1 tahun, saat seorang anak mulai menampakkan dirinya untuk diakui oleh dunia luar. Fase ini antara lain ditandai:
1)      Anak bersikap reseptif; artinya bersedia menerima perangsang dari dunia luar.
2)       Tetapi pada saat yang lain ia merasa hLsing dari dunia luar.
b.              Umur 1- 4 tahun, saat seorang anak mulai memperluas hubungannya dengan dunia. luar. Fase ini ditandai oleh:
1)      Adanya semangat bermain pada anak-anak.
2)        Terjadinya pertumbuhan badan lebih lanjut.
3)      Terjadinya perkembangan kemauan yang semakin jelas.
4)      Terjadinya krisis pertama, mass degil, mass menentang.
c.              Umur 4 - 8 tahun, saat seorang anak secara intensif mulai menjalin hubungan pribadi dengan lingkungan social. Antara lain, fase ini ditandai dengan:
1)  Peralihan dari semangat bermain ke semangat bekerja.
2)  Seorang anak telah dapat bersikap obyektiE
3)  Pada diri anak mulai tumbuh rasa tanggung jawab.
d.      Umur 8 - 13 tahun, saat seorang anak tengah memuncak minatnya untuk mengenal dunia obyektif dan kesadaran mengenal "aku" nya. Ciri­ciri mass ini, antara lain ialah:
1)    Terjadinya pertumbuhan badan yang subur.
2)    Krisis terhadap diri sendiri, seperti kacau perasaannya.
3)    Terjadinya krisis kedua, yang sering disebut mass pancaroba, mass strum and drunk
e.       Umur 13 -19 tahun, saat seorang anak mencapai kematangan dan kesadaran penuh akan keberadaan dirinya di tengah masyarakat. Fase ini, antara lain ditandai oleh:
1)    Kesadaran diri anak semakin kokoh.
2)    Saat terbentuknya pandangan dan tujuan hidup seseorang.
5.      Menurut orang Jawa
Dengan menganut paham "Hasta Irama", sementara kalangan orang Jawa berpendapat bahwa setiap 8 tahun sekali terjadi perubahan pada kehidupan seseorang baik dalam aspek jasmani maupun kerohanian. Menurut paham ini, periodesasi perkembangan seseorang adalah sebagai berikut:
a.       Umur 0-8 tahun, disebut masa bayi dan masa kanak-kanak.
b.      Umur 8-16 tahun, disebut masa kanak-kanak sampai pemuda.
c.       Umur 16-24 tahun, disebut masa pemuda sampai dewasa.[4]
C.    Periodesasi Didaktis
Maksudnya adalah pembagian periode perkembangan atas dasar klasifikasi waktu, materi, dan cara pendidikan untuk anak-anak pada masa tertentu.[5] Yang dimaksud tinjauan  ini adalah dari segi keperluan/materi apa kiranya yang tepat diberikan anak didik pada masa-masa tertentu, serta memikirkan tentang kemungkinan metode yang paling efektif untuk diterapkan di dalam mengajar atau mendidik anak pada masa tersebut.[6] Adapun hadist yang menyetakan tentang didaktis adalah:

“Didiklah anakmu. Sebab engkau bertanggung jawab atasnya: apa yang  telah engkau didikkan kepadanya? Apa yang telah engkau ajarkan kepadanya? Ia akan bertanggung jawab untuk berbakti dan taat kepadamu.” (Hadist Riwayat Ibnu Umar r.a)[7]

Jelasnya periodesasi didaktis disusun dalam kaftan dengan usaha pendidikan. Dalam hal ini dapat dikemukakan rumusan sebagai berikut:
1)      Menurut Johann Amos Comenius
Berdasarkan tingkat sekolah yang dimasuki kanak-kanak, bagi Comenius, periodesasi perkembangan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Periodesasi Perk: .hangar,
a)   Urnur 0-6 tahun, masa scola maternal, sekolah ibu.
b)   Umur 6-12 tahun, masa scola vermacula, sekolah yang memakai pengantar bahasa ibu.
c)   Umur 12-18 tahun, masa scola Latina, sekolah yang memakai pengantar bahasa Latin.
d)   Umur 18-24 tahun, masa academia, saat seseorang memasuki perguruan tinggi
2)      Menurut Jean Jacques Rousseau
Dengan berpangkal pada tiga prinsip: perkembangan, aktifitas murid, dan individualisasi, dalam konsep pendidikannya, Rousseau membagi masa perkembangan sebagai beriut:
a.       Umur 0-2 tahun, disebut masa asuhan.
b.      Umur 2-12 tahun, masa pendidikan jasmani dan latihan panca indera.
c.         Umur 12-20 tahun, masa pembentukan watak dan pendidikan agama.
3)      Menurut Undang-undang pokok pendidikan
Jenjang pendidikan di Indonesia menurut Undang­Undang Pokok Perididikan No. 4 tahun 1950 pasal 6, adalah sebagai berikut:
a)      Pendidikan tingkat taman kanak-kanak
b)      Pendidikan tingkat sekolah dasar.
c)      Pendidikan tingkat sekolah menengah
d)     Pendidikan tingkat perguruan tinggi.
Dilihat dari usia seseorang, maka pembagian tersebut menimbulkan rumusan periodesasi perkembangan sebagai berikut:
(1)   Umur 0 - 6 tahun, masa taman kanak-kanak
(2)   Umur 6 - 12 tahun, masa sekolah dasar.
(3)   Umur 12 - 18 tahun, masa sekolah menengah.
(4)   Umur 18 - 24 tahun, masa perguruan tinggi.
Agaknya, untuk kalangan Indonesia, walaupun periodesasi semacam ini berorientasi kepada kepentingan didaktif atau pendidikan pada umumnya, tetapi bisa dipergunakan dalam studi ilmu jiwa perkembangan. Oleh karena, tidak ada kepentingan lain yang lebih utama, dari pada pemanfaatan ilmu jiwa perkembangan bagi keberhasilan usaha pendidikan. Di samping, pembagian semacam ini mudah ditangkap dan dipahami oleh masyarakat lugs, mengingat pangkal tolaknya cukup dimaklumi dalam kehidupan sehari-hari.[8]
D.    Periodesasi Psikologis
Periodesasi psikologis, maksudnya adalah pembagian masa perkembangan atas dasar keadaan dan ciri-ciri khas kejiwaan anak pada periode tertentu.[9] Para ahli membahas gejala perkembangan jiwa anak, berorientasi dari sudut pandang  psikologis, mereka tidak lagi mendasarkan pada sudut biologis atau didaktis lagi. Sehingga mengembalikan permasalahan kejiwaan dalam kedudukannya yang murni.[10]  Pembagian semacam ini, antara lain ialah:
1.      Menurut Oswald Kroh
Dengan menitikberatkan terjadinya kegoncangan psikis pada diri seseorang. Kroh menyusun periodesasi perkembangan sebagai berikut:
a.   Umur 0 - 3 tahun, disebut masa trots (kegoncangan) pertama, atau masa kanak-kanak awal.
b.   Umr 3 - 13 tahun, disebut masa trots kedua, yaitu masa keserasian anak untuk memasuki sekolah.
Umur 13 - akhir remaja, disebut masa trots ketiga, atau masa kematangan seseorang.
2.      Menurut J. Havighurst
Berpangkal dari analisis perubahan psikis seseorang, menurut Havighurst, periodesasi perkembangan dapat disusun sebagai berikut:
a.     Umur 0 - 6 tahun, adalah masa infancy and early childhood, masa bayi dan masa anak kecil.
b.    Umur 6 - 12 tahun, adalah masa middle childhood, masa kanak-kanak, atau masa sekolah.
c.     Umur 12 - 18 tahun, adalah masa adolescence, atau masa remaja.
d.    Umur 18 - 30 tahun, adalah masa early adulthood, yaitu masa dewasa awal.
e.     Umur 30 - 50 tahun, adalah masa middle age, atau masa setengah baya, masa dewasa lanjut.
f.     Umur 50 tahun kekerasan atas, adalah masa old age, yaitu masa lanjut usia, atau masa tua.
3.      Menurut Kohnstamm
Dengan menitikberatkan terjadinya perubahan psikis pada seseorang, Khonstamm menyusun periodesasi perkembangan sebagai berikut:
a.      Umur 0 - 1 tahun, periode vital atau masa menyusu.
b.     Umr 1- 6 tahun, periode estetis atau masa mencoba dan masa bermain.
c.      Umur 6 - 12 tahun, periode intelektual atau masa sekolah.
d.     Umur 12 - 21 tahun, periode social atau masa pemuda dan masa adolescence.
e.      Umur 21 tahun kekerasan atas, periode dewasa atau masa kematangan fisik dan psikis seseorang.
Sampai di sini jelaslah, bahwa periodesasi perkembangan itu dapat disusun dalam rumusan yang bervariasi, masing-asing mempunyai dasar dan  maksud tersendiri. Seperti telah diuraikan terdahulu, paling tidak ada 3 macam landasan untuk menyusun periodesasi perkembangan, yaitu: dasar biologis, didaktis, dan  psikologis. Ketiganya, menurut hikmat penulis, sama­sama penting untuk diperhatikan. Tetapi yang lebih penting lagi, bahwa rumusan periodesasi perkembangan hendaknya tidak terlalu muluk-muluk, ruwet, teoritis, dan  asing bagi masyarakat kita. Oleh karena, dengan periodesasi perkembangan, maksudnya adalah untuk berkomunikasi tentang konsep atau istilah tertentu. Berkomunikasi dengan siapa? Dengan masyarakat umum, dan  dengan dunia ilmu jiwa perkembangan khususnya.
Atas dasar pandangan tersebut, bagi penyusun tulisan ini periodesasi perkembangan yang relatif cocok untuk membicarakan perihal kehidupan anak-anak kita, tidak lain adalah yang sesuai dengan klasifikasi jenjang pencliclikan formal, yaitu taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, dan  perguruan tinggi. Telah dimaklumi, masing-masing membutuhkan jarak waki t i 6 tahun. Hanya saja, setiap jarak waktu 6 tahun tersebut, bisa diperinci menjadi bagian yang lebih kecil lagi. Misalnya periode taman kanak-kanak yang biasany:i hanya membutuhkan waktu selama 2 tahun, tentu saja bisa diawali dengan pembicaraan tentang masa bagi, masa anak kecil, barn masa taman kanak-kanak itu sendiri. Demikian halnya, untuk periode sekolah dasar, sekolah menengah, dan  perguruan tinggi.
Dengan memperhatikan periodesasi yang dikemukakan oleh para ahli di atas baik yang ditinjau dari segi biologis, didaktis, dan  psikologis, maka dalam buku ini dibuat urut-urutan periode tersebut, sebagai berikut :
a.  Masa Intra Uterin (masa dalam. kandungan)
b. Masa Bayi
c.         Masa Anak Kecil
d.        Masa Anak Sekolah
e.         Masa Remaja
f.         Masa Dewasa dan  Lanjut Usia
Masing-masing masa tersebut akan dikemukakan ciri-ciri atau perubahan-perubahan yang dialami baik secara fisik maupun psikisnya.[11]





DAFTAR PUSTAKA


Qur’an dan Terjemahan, Bandung:  Dipenegoro, 2004

Ahmad, Abu dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembengan, Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 2009

Al-Jaraibah, Laila Binti Abdurrahman, Dunia Dan Akherat, Surakarta: Dan An-Naba, 2004

Hamdanah,Psikologi Perkembangan,2009, Malang : SETARA Press


[1] Hamdanah, Psikologi Perkembangan,2009, Malang : SETARA Press. Hal.2
[2] Abu Ahmad dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembengan, 2009, Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, hal.36
[3] Qur’an dan Terjemahan, Bandung:  Dipenegoro, 2004
[4] Ibid., hal.66-70
[5] Dra. Hj. Hamdanah, M.Ag. Psikologi Perkembangan, Malang: Setara Press, 2009.h. 70
[6] Drs. H. Abu Ahmadi, Psikologi Perkemabangan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991.h. 38
[7] Laila Binti Abdurrahman Al-Jaraibah, Dunia Dan Akherat, Surakarta: Dan An-Naba’.h.19
[8] Dra. Hj. Hamdanah, M.Ag. Psikologi Perkembangan, Malang: Setara Press, 2009.h. 70
[9] Ibid. h.72
[10] Drs. H. Abu Ahmadi, Psikologi Perkemabangan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991.h. 40
[11] Drs. H. Abu Ahmadi, Psikologi Perkemabangan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991.h. 72-75
 

Hai...cari pengetahuan atau cari tugas?

Pengetahuan anda akan bertambah, tugas anda akan terselesaikan...
Silahkan Klik di Sini